Pages

MakaroniPanggang

MakaroniPanggang

11.25.2010

SHISHA LEBIH BERBAHAYA DARI ROKOK



M
enghisap shisha bareng kawan-kawan sambil ngobrol ngalor-ngidul pastinya mengasyikkan. Aktivitas ini dinikmati tidak hanya didominasi laki-laki. Kaum Hawa pun sudah menjadi penikmat rokok dari Timur Tengah itu.
Bahkan mereka yang bukan perokok sekalipun, banyak yang gemar bersantai dengan kepulan asap harum menyegarkan dari muassal yang dihisap dengan bong. Lantas bagaimanakah ancaman kepulan shisha terhadap kesehatan?
Akhir tahun lalu, Agen Anti Tembakau Prancis (L'Office Français de prévention du TabagismeOFT), melansir hasil penelitian Laboratorium Nasional Prancis tentang bahaya shisha. Seorang penghisap shisha setara dengan 70 penghisap rokok biasa.
            Kandungan tar dari asap shisha sama dengan 27 hingga 102 batang rokok. Penghisap shisha sama saja dengan menghirup karbon monoksida (gas yang terkandung dalam asap knalpot) seperti yang dikandung 15-52 batang rokok biasa.
Tes yang dikembangkan Laboratoire National d’Essais (LNE) dalam tiga tipe yakni shisha dengan karbon ringan berjumlah sedikit, shisha dengan karbon ringan berjumlah banyak, serta tipe dengan karbon alami dengan volume kecil.
Ada tiga parameter yang diukur sebagai perbandingan dengan rokok biasa yakni jumlah nikotin, tar, dan karbon monoksida.
            Dalam 70 liter asap shisha, tipe pertama menghasilkan 319 miligram tar atau 32 kali lebih besar dari kandungan tar yang diizinkan di Eropa. Sedangkan shisha tipe kedua mengandung 266 mg tar atau 27 kali lebih tinggi dibandingkan rokok biasa. Sisha tipe tiga memiliki kandungan tar 1.023 mg, atau 102 kali diatas ambang batas rokok biasa. Shisha tipe pertama memiliki kadar karbon monoksida 17 kali lebih besar dari rokok biasa, tipe 2 mencapai 15 kali lebih tinggi, dan tipe 3 sebanyak 52 kali. Sedangkan kadar nikotin pada shisha tipe 1 dan 2 setara dengan sebatang rokok, sedangkan tipe 3 setara dengan 6 batang rokok.
            Dr Marius Widjajarta, Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI), mengatakan rokok biasa saja sudah mendatangkan penyakit luar biasa bagi penghisapnya. Belum lagi dampak asap rokok terhadap lingkungan.
"Bahaya shisha lebih besar dibanding rokok biasa. Walau rasa tembakau shisha tidak sepekat rokok biasa, kandungan racun didalamnya bisa menimbulkan beragam penyakit mematikan,” kata Marius.
Sungguh mengerikan menyimak hasil riset itu. Padahal, penikmat asap shisha mayoritas bukan perokok aktif. Mereka menyukai karena tidak merasakan sesak di dada usai menghisap shisha. Ditambah lagi, asap shisha diyakini ampuh sebagai aroma terapi sehingga penghisap shisha merasa rileks.
Simak pengakuan Manajer Operasional Shisha Cafe di bilangan Kemang, Ahmad Sofyan, berikut ini, Dari seluruh pengunjungnya, sekitar 80% di antaranya adalah mereka yang bukan penghisap rokok biasa.
         "Lebih dari separuh penikmat Shisha Cafe adalah kaum perempuan, sekitar 80% di antara pengunjung itu bukan perokok,” ujarnya.
Tidak terhitung riset yang mengulas ancaman asap tembakau pada kaum Hawa. Tidak ada salahya melongok studi yang dipublikasikan di jurnal kedokteran mingguan Inggris The Lancet.
Sebanyak 1.000 responden perempuan di Provinsi Western Canadian, British Columbia. yang pernah mengidap kanker diwawancarai tentang kebiasaan merokok di usia dini.
Dua pertiga di antaranya adalah perokok aktif saat remaja. Hasil riset itu menyimpulkan kebiasaan merokok di usia muda bagi perempuan, meningkatkan risiko terkena kanker ketika dewasa.
          Sebagai kontrol, diwawancarai pula 1.000 perempuan yang tidak menderita kanker payudara. Studi itu secara rinci menyimpulkan, 69% perempuan yang memulai merokok pada rentang lima tahun setelah menstruasi pertama lebih berisiko terkena kanker payudara dibanding yang tidak.
Menurut ketua tim peneliti Pierre Band dari Britis Columbia Cancer Agency di Vancouver, jaringan payudara paling sensitif terhadap zat-zat karsinogen yang dapat memicu kanker pada masa pubertas. Pada saat itu, sel-sel payudara masih tumbuh. Kesimpulan itu didukung dengan kenyataan bahwa perempuan yang mulai merokok setelah melahirkan anak pertama tidak menghadapi resiko kanker payudara.
         Sajian riset di atas agaknya menjadi pelajaran bagi penikmat shisha. "Jangan sampai terapi yang diinginkan itu malah kebablasan karena beban yang harus ditanggung organ paru-paru. Relaksasi yang ingin dicapai, sebaiknya dengan cara ideal seperti berolah raga teratur, istirahat yang cukup, dan mengonsumsi makanan bergizi,” tutur Marius.























Shisha itu dasarnya kaya sejenis cara menikmati tembakau dengan cara
yang berbeda. Klo bicara katanya shisha aman 100% nggak juga off
course karena gimana pun yang namanya tembakau tetep ada nikotinnya
cuma lebih rendah daripada rokok mungkin karena lebih ringan dan sudah
dicampur dengan air sebagai filter bahkan tidak jarang dicampur dengan
wine. Tapi perlu disadari tar dalam shisha jauh lebih tinggi daripada
rokok!
           Rasa shisha yang paling banyak digemari adalah rasa apel sekalipun
rasa lainnya juga cukup terkenal. Bahaya shisha secara medis belum
banyak penelitian, tapi sejauh yang saya tau karena sifatnya yang dari
tembakau dan di uap air kan bisa membuat dampak yang cukup serius
seperti kanker esophagus atau kanker mulut tetep aja possible klo
bertahun2 terus dihisap. Yah mungkin yang perlu ditekankan disini adalah gimanapun nikotin adalah kandungan alami tembakau! So jangan kemakan promosi sisha itu bebas nikotin 100%, tapi sekarang ini bisa dibilang sisha sudah mulai masuk ke Indonesia dan tidak sedikit kafe atau cozy place yang nyediain shisha.


CALIFORNIA, MINGGU

Merokok memang sudah menjadi kebiasaan dan gaya hidup masyarakat, walaupun secara terbuka banyak pihak memperingatkan
bahayanya termasuk dari pemerintah maupun  produsen rokok.
Cara untuk menikmati asap rokok pun kini semakin beragam misalnya
dengan menggunakan sisha atau hookah yang berasal dari negara Timur
Tengah. Kata sisha/hookah sendiri berasal bahasa Persia yang memiliki
arti gelas piala. Makna hookah maupun shisha sama-sama mengacu pada
bentuk, cara menghisap, sekaligus kandungan air sebagai penyaringnya.
           Banyak anggapan bahwa kandungan air yang digunakan dalam hookah/sisha
berfungsi sebagai filter penyaring racun yang membahayakan. Tak heran
bila kebiasaan menghisap hookah pun menjadi pilihan anak muda masa
kini ketimbang menghisap rokok yang dikenal mengandung racun berbahaya.
Namun pada kenyataannya, baik rokok atau pun sisha ternyata memiliki
efek negatif yang tak jauh berbeda.  Sebuah riset terbaru menyebutkan,
hookah dan rokok tembakau sama-sama mengandung kadar tinggi karbon
monoksida yang merugikan kesehatan.
          Riset yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical
Association ini memang hanya meneliti satu jenis gas beracun saja.
Sehingga mustahil untuk membandingkan secara langsung dampak
penggunaaan sisha dengan asap rokok.
“Walau begitu, riset ini setidaknya memberi peringatan kepada pecinta
sisha untuk berpikir dua kali menghisap pipa.  Menikmati sisha
bukanlah suatu aktivitas yang bebas risiko seperti yang mereka kira.
Penggunaannya sungguh tidak aman untuk kesehatan” , ungkap penulis
riset S. Katharine Hammond, kepala divisi ilmu kesehatan lingkungan di
University of California, Berkeley.
Sisha, yang hampir serupa dengan bong yang digunakan mengisap
marijuana, memang sangat populer  dalam beberapa tahun terakhir. Di
banyak kota, kini banyak berdiri bar-bar menyediakan sisha sehingga
memicu ketertarikan pengunjung untuk mencoba menghisap pipa berbentuk
unik tersebut.
Pengguna biasanya menghisap asap tembakau dari sisha setelah asap
tersebut melewati gelembung air,  proses yang dianggap sebagai
filterisasi racun tembakau.
Untuk membuktikan kandungan racun pada sisha,  Hammond melibatkan 27
mahasiswa yang biasa menghisap sisha selama satu jam dalam tiga malam
yang berbeda pada April 2006. Lima mahasiwa lain yang tidak memakai
hookah juga dilibatkan dalam riset. Tetapi mereka harus tinggal
bersama di ruangan saat para mahasiswa mengisap sisha.
            Partisipan sebelumnya harus terbebas dari sisha selama 84 jam sebelum
riset dilakukan. Kemudian, partisipan penghisap pipa yang didalamnya
mengandung air serta 10 gram tembakau Al Fakher mu’assal tobacco yang
dipanaskan menggunakan arang.
Peneliti lalu memantau kandungan karbon monoksida pada dua kelompok
partisipan sebelum dan sesudahnya dengan menggunakan sebuah mesin yang
didesain untuk mendeteksi perokok.
Rata-rata kandungan karbon monoksida pada partisipan mencapai 42 ppm,
lebih tinggi ketimbang yang ditemukan pada perokok sigaret (17 ppm).
            Riset juga menemukan kadar karbon monoksida meningkat  di ruangan
tempat partisipan menghisap hookah dan bahkan bisa mencapai tingkat
yang merugikan kesehatan lingkungan.
Hammond mengatakan pihaknya tidak dapat membandingkan secara langsung
penggunaan sisha/hookah dengan merokok sigaret, yang jelas-jelas
mengandung banyak racun. Selain itu, masih sulit mengetahui secara
pasti bentuk penggunaan hookah seperti apa yang dapat meningkatkan
risiko penyakit paru-paru atau jantung
“Hookah/sisha mungkin saja tidak akan membuat Anda mengidap kanker
paru-paru, tetapi akan mempengaruhi kesehatan Anda dengan cara lain,”
ujarnya.
            Sementara itu Thomas Eissenberg, profesor psikologi dari Virginia
Commonwealth University yang juga meneliti penggunaan sisha,
mengatakan bahwa risetnya menunjukkan bahwa menghisap sisha selama  45
menit menghasilkan  jumlah tar 36 kali lebih banyak ketimbang merokok
selama lima menit.
“Tar mengandung senyawa yang merupakan unsur utama asap yang dapat
menyebabkan kanker.  Meski begitu belum jelas apakah jenis tar dalam
sisha berbeda dengan tar pada rokok sigaret,” tandasnya.

No comments:

Post a Comment